|
SITE NETWORK
Lombok Travel Information
Komodo Travel Information
Rinjani Trekking Information
Paket Wisata
ke Lombok
Lombok Rental Car
|
|
SEJARAH PULAU LOMBOK
Selamat datang di
Biro Perjalanan
Lombok Wisata, Kami menawarkan informasi lengkap tentang sejarah pulau Lombok dengan
detail dibawah ini :
Banyak hal yang
menarik untuk dibicarakan mengenai kehidupan di pulau Lombok,
khususnya mengenai sejarah asal usul masyarakat, kerajaan
yang pernah ada, keyakinan dan agama, hingga objek wisata
yang di tawarkan. Sehingga dalam kesempatan ini saya mencoba
mengangkat sebuah tema mengenai beberapa hal yang ada di
pulau Lombok. Berikut penjelasannya:
1. Pendahuluan
Lombok (penduduk pada tahun 2015: 4.500.000 jiwa)
adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa
Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di
sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa.
Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya dengan semacam “ekor”
di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Pulau
ini luasnya adalah 4.725 km˛ (sedikit lebih kecil daripada
Bali). Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.
Selat Lombok menandai jalan masuk dari pemisah biogeografis
antara fauna di wilayah Indomalay dan perbedaan fauna yang
sangat jelas di Australasia dikenal dengan Wallace line,
diambil dari nama penemunya Alfred Russel Wallace.
Pemetaan pulau Lombok didominasi oleh stratovolcano Gunung
Rinjani, yang mencapai tinggi 3.726m (12.224 kaki), yang
membuat Gunung Rinjani menjadi gunung tertinggi ketiga di
Indonesia. Di lembah Gunung Rinjani, Anda akan menemukan
hutan hijau yang rimbun, sawah dan air terjun yang indah.
Pusat keramaian yang paling berkembang di sebelah barat
adalah Senggigi, tersebar 30 kilometer sepanjang jalan
pantai disebelah utara Mataram, Sementara para divers
biasanya berkumpul bersama di Gili, yang berada di pantai
barat.
Bagian selatan dari pulau Lombok adalah tanah yang subur
dimana jagung, kopi, tembakau dan kapas tumbuh. Salah satu
tujuan wisata yang populer adalah Kuta, terkenal dengan
pantai yang belum tersentuh dan beberapa orang menganggap
pantai ini adalah salah satu tempat berselancar terbaik di
dunia.
Dalam total area sebesar 4.752km2 (1.825 sq mi) terdapat
2.950.105 orang (2005), 85% adalah suku Sasak, yang awalnya
diperkirakan berpindah dari Jawa pada awal abad sebelum
Masehi. Sejak populasi suku Sasak mempelajari Islam,
pemandangan di pulau Lombok mulai banyak dipenuhi dengan
Masjid-masjid dan menaranya, dan di desa tradisional suku
Sasak, Anda bisa menemukan kehidupan pedesaan dengan
budayanya yang unik. Penduduk lain termasuk 10-15% orang
Bali, dengan selebihnya adalah orang Cina, Arab, Jawa dan
Sumbawa.
 |
 |
Raja Lombok |
Prajaurit Lombok |
2. Sejarah Awal Mula
Era Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat
ini belum ada data-data dari para ahli serta bukti yang
dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah Lombok ini.
Suku Sasak temasuk dalam ras tipe Melayu yang konon telah
tinggal di Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan
diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak
4.000 tahun yang lalu. Dengan demikian perdagangan antar
pulau sudah aktif sejak zaman tersebut dan bersamaan dengan
itu saling mempengaruhi antarbudaya juga telah menyebar.
Lombok Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan dari
kita Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang
kekuasaan dan pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata
“Lombok” dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, kata
“mirah” berarti permata, kata “sasak” berarti kenyataan, dan
kata “adi” artinya yang baik atau yang utama. Maka arti
keseluruhannya yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang
baik atau utama. Makna filosofi itulah mungkin yang selalu
di idamkan leluhur penghuni tanah Lombok yang tercipta
sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan
dilestariakan oleh anak cucunya (Sasak children). Dalam
kitab – kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok
mirah dan Lombok adi . Beberapa lontar Lombok juga menyebut
Lombok dengan gumi selaparang atau selapawis.
Asal-usul penduduk pulau Lombok terdapat di beberapa versi,
salah satunya yaitu kata “sasak” secara etimilogis menurut
Dr. Goris. s. berasal dari kata “sah” yang berarti pergi dan
“shaka” yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur
orang Sasak (Lombok). Dari etimologis ini di duga leluhur
orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari tulisan
Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni
aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan
Sasak.
Sasak traditional merupakan etnis mayoritas penghuni pulau
Lombok, suku Sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95%
penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa
berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan,
Bali, Suku Sasak sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX
sampai XI Masehi, Kata Sasak pada prasasti tersebut mengacu
pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan
orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok
dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat
bermukimnya orang Sasak.
Sejarah Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan
dan peperangan yang terjadi di dalamnya baik konflik
internal, yaitu peperangan antar kerajaan di Lombok maupun
ekternal yaitu penguasaan dari kerajaan di luar pulau Lombok.
Perkembangan era Hindu, Buddha, memunculkan beberapa
kerajaan seperti Selaparang Hindu, dan Bayan.
Kerajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya di tundukan
oleh penguasa dari kerajaan Majapahit saat ekspedisi Gajah
Mada di abad XIII – XIV dan penguasaan kerajaan Gel – Gel
dari Bali pada abad VI.
Antara Jawa, Bali dan Lombok mempunyai beberapa kesamaan
budaya seperti dalam bahasa dan tulisan. Jika di telusuri
asal – usul mereka banyak berakar dari Hindu Jawa. Hal itu
tidak lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan Majapahit yang
kemungkinan mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah
atau membangun kerajaan di Lombok. Pengaruh Bali memang
sangat kental dalam kebudayaan Lombok hal tersebut tidak
lepas dari ekspansi yang dilakukan oleh kerajaan Bali
sekitar tahun 1740 di bagian barat pulau Lombok dalam waktu
yang cukup lama. Sehingga banyak terjadi akulturasi antara
budaya lokal dengan kebudayaan kaum pendatang. Hal tersebut
dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre campuran dalam
kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal
atau diambil dari tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik.
Sasak dan Bali saling mengambil dan meminjam sehingga
terciptalah genre kesenian baru yang menarik dan saling
melengkapi.
Gumi Sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan
hingga ke era Islam yang melahirkan kerajaan Islam
Selaparang dan Pejanggik. Ada beberapa versi masuknya Islam
ke Lombok sepanjang abad XVI Masehi. Yang pertama berasal
dari Jawa dengan cara Islam masuk lewat Lombok timur. Yang
kedua peng-Islaman berasal dari Makassar dan Sumbawa. Ketika
ajaran tersebut diterima oleh kaum bangsawan ajaran tersebut
dengan cepat menyebar ke kerajaan–kerajaan di Lombok timur
dan Lombok tengah.
Mayoritas etnis sasak beragama Islam, namun demikian dalam
kenyataanya pengaruh Islam juga berakulturasi dengan
kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti wektu
telu, jika dianalogikan seperti abangan di Jawa. Pada saat
ini keberadaan wektu telu sudah kurang mendapat tempat
karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh Islam
yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di pulau Lombok, hingga
saat ini dapat dilihat keberadaannya hanya di bagian barat
pulau Lombok saja khususnya di kota Mataram.
Silih bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan masuknya
pengaruh budaya lain membawa dampak semakin kaya dan
beragamnya khasanah kebudayaan Sasak. Sebagai bentuk dari
Pertemuan (difusi, akulturasi, inkulturasi) kebudayaan.
Seperti dalam hal kesenian, bentuk kesenian di Lombok sangat
beragam. Kesenian asli dan pendatang saling melengakapi
sehingga tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang paling
terasa berakulturasi dengan kesenian lokal yaitu kesenian
bali dan pengaruh kebudayaan Islam. Keduanya membawa
kontribusi yang besar terhadap perkembangan
kesenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat ini.
Implementasi dari pertemuan kebudayaan dalam bidang kesenian
yaitu, yang merupakan pengaruh Bali; Kesenian Cepung, cupak
gerantang, Tari jangger, Gamelan Thokol, dan yang merupakan
pengaru Islam yaitu kesenian Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak,
Gamelan Rebana.
3. Kajian tentang
kerajaan-kerajaan di Lombok
Di antara sumber sejarah yang bisa digunakan untuk
menjelaskan asal usul dari Lombok adalah Babad Lombok.
Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau Lombok
bernama Kerajaan Laeq. Tapi, sumber lain, yaitu Babad Suwung
menyatakan bahwa, bahwa kerajaan tertua di Lombok adalah
kerajaan Suwung yang dibangun dan diperintah oleh Raja
Betara Indera. Setelah Kerajaan Suwung ini surut, baru
muncul Kerajaan Lombok. Mana yang benar, Laeq atau Suwung?
Semuanya masih dalam perdebatan.
Secara selintas, urutan berdirinya kerajaan-kerajaan di
daerah ini bisa dirunut sebagai berikut, dengan catatan
bahwa ini bukan satu-satunya versi yang berkembang. Pada
awalnya, kerajaan yang berdiri adalah Laeq. Diperkirakan,
posisinya berada di kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Dalam
perkembangannya, kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq
berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu kerajaan
Pamatan, di Aikmel, desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini
berdekatan dengan Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung
Rinjani meletus, menghancurkan desa dan kerajaan yang berada
di sekitarnya. Para penduduk menyebar menyelamatkan diri ke
wilayah aman. Perpindahan tersebut menandai berakhirnya
kerajaan Pamatan.
Setelah Pamatan berakhir, muncullah kerajaan Suwung yang
didirikan oleh Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak
di daerah Perigi saat ini. Setelah kerajaan Suwung berakhir,
barulah kemudian muncul kerajaan Lombok. Seiring perjalanan
sejarah, kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran
akibat serangan tentara Majapahit pada tahun 1357 M. Raden
Maspahit, penguasa kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam
hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden
Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru
dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini
kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.
Berkaitan dengan Selaparang, kerajaan ini terbagi dalam dua
periode: pertama, periode Hindu yang berlangsung dari abad
ke-13 M, dan berakhir akibat ekspedisi kerajaan Majapahit
pada tahun 1357 M; dan kedua, periode Islam, berlangsung
dari abad ke-16 M, dan berakhir pada abad ke-18 (1740 M),
setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan kerajaan Karang
Asem, Bali dan Banjar Getas.
Sebelum Abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit,
dengan dikirimkannya Maha Patih Gajah Mada ke Lombok. Pada
akhir abad ke 16 sampai awal abad ke 17, lombok banyak
dipengaruhi oleh Jawa Islam melalui dakwah yang dilakukan
oleh Sunan Giri, juga dipengaruhi oleh Makassar. Hal ini
yang menyebabkan perubahan agama di suku Sasak, yang
sebelumnya Hindu menjadi Islam.
Pada awal abad ke 18 M, Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gel
Gel Bali. Peninggalan Bali yang sangat mudah dilihat adalah
banyaknya komunitas Hindu Bali yang mendiami daerah Mataram
dan Lombok Barat. Beberapa Pura besar juga gampang di
temukan di kedua daerah ini. Lombok berhasil bebas dari
pengaruh Gel Gel setelah terjadinya pengusiran yang
dilakukan kerajaan Selapang (Lombok Timur) dengan dibantu
oleh kerajaan yang ada di Sumbawa (pengaruh Makassar).
Beberapa prajurit Sumbawa kabarnya banyak yang akhirnya
menetap di Lombok Timur, terbukti dengan adanya beberapa
desa di Tepi Timur Laut Lombok Timur yang penduduknya
mayoritas berbicara menggunakan bahasa Samawa.
Uraian di atas setidaknya bisa menunjukkan bahwa,
kerajaan-kerajaan tersebut benar-benar ada, pernah berdiri,
berkembang kemudian runtuh. Bagaimana informasi selanjutnya,
seperti kehidupan sosial budaya masyarakat awam dan keluarga
istana saat itu? Data sejarah yang ada belum banyak
mengungkap fakta tersebut.
Menurut Lalu Djelenga, catatan sejarah yang lebih berarti
mengenai kerajaan-kerajaan di Lombok dimulai dari masuknya
ekspedisi Majapahit tahun 1343 M, di bawah pimpinan Mpu Nala.
Ekspedisi Mpu Nala ini dikirim oleh Gajah Mada sebagai
bagian dari usahanya untuk mempersatukan seluruh Nusantara
di bawah bendera Majapahit. Pada tahun 1352 M, Gajah Mada
datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan daerah
taklukannya.
Menurut Djelenga, ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak
kerajaan Gel gel di Bali. Sedangkan di Lombok, berdiri empat
kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu: kerajaan Bayan
di barat, kerajaan Selaparang di Timur, kerajaan Langko di
tengah, dan kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat
kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti
Parwa dan Sokong Samarkaton serta beberapa desa kecil,
seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan
Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini takluk di bawah
Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, kerajaan dan desa-desa
ini kemudian menjadi wilayah yang merdeka.
Di antara kerajaan dan desa-desa di atas, yang paling
terkemuka dan paling terkenal adalah kerajaan Lombok yang
berpusat di Labuhan Lombok. Pusat kerajaan ini terletak di
Teluk Lombok yang strategis, sangat indah dengan sumber air
tawar yang banyak. Posisi strategis dan banyaknya sumber air
menyebabkannya banyak dikunjungi pedagang dari berbagai
negeri, seperti Palembang, Banten, Gresik, dan Sulawesi.
Berkat perdagangan yang ramai, maka kerajaan Lombok
berkembang dengan cepat.
Kedatangan Penjajah Belanda
Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak
kerajaan di nusantara. Watak imperialisme Belanda yang ingin
menguasai seluruh jalur perdagangan di nusantara telah
menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Jalur
perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk
mencegah jatuhnya jalur selatan, kemudian Gowa berinisiatif
menutup jalur selatan dengan menguasai Pulau Sumbawa dan
Selaparang. Kedatangan penjajah Eropa juga membawa misi
kristenisasi, karena itu, Gowa kemudian menaklukkan Flores
Barat dan mendirikan Kerajaan Manggarai untuk mencegah
kristenisasi tersebut.
Ekspansi Gowa menimbulkan kekhawatiran Gelgel. Untuk
mencegah agar Gelgel tidak dimanfaatkan Belanda, maka Gowa
kemudian mengadakan perjanjian dengan Gelgel tahun 1624 M,
yang disebut Perjanjian Sagining. Dalam perjanjian diatur,
Gelgel tidak akan mengadakan perjanjian kerjasama dengan
Belanda, sementara Gowa akan melepaskan kekuasaannya atas
Selaparang. Perjanjian ini tidak berlangsung lama, karena
masing-masing pihak melanggar isi perjanjian tersebut.
Untuk mengimbangi Gelgel yang bekerjasama dengan Belanda,
kemudian Gowa bekerjasama dengan Mataram di Jawa.
Selanjutnya, dalam usaha untuk memperebutkan hegemoni,
akhirnya pecah peperangan antara Gowa dan Belanda di Lombok.
Dalam perang tersebut, Gowa mengalami kekalahan, hingga
terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda di Bungaya.
Bungaya merupakan sebuah tempat yang terletak dekat pusat
Kerajaan Gelgel di Klungkung, Bali, dan merupakan simbol
dari dekatnya hubungan antara Gelgel dengan Belanda.
Konsekwensi kekalahan Gowa dari Belanda adalah, Gowa harus
melepaskan seluruh daerah kekuasaannya di Lombok, Sumbawa
dan Bima. Memanfaatkan kekosongan Gowa tersebut, Gelgel
kembali mencoba menaklukkan Selaparang, namun selalu menemui
kegagalan.
Walaupun Selaparang telah berhasil mengalahkan Gelgel, namun,
wilayah kerajaan ini belum sepenuhnya aman dari ancaman
eksternal. Dalam perkembangannya, kemudian berdiri dua
kerajaan baru pada tahun 1622 M, yaitu Kerajaan Pagutan dan
Pagesangan. Untuk mengantisipasi ancaman, kemudian
Selaparang menempatkan sepasukan kecil tentara untuk menjaga
perbatasan di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Ternyata, kehancuran Selaparang bukan karena serangan dua
kerajaan kecil ini, tapi akibat serangan ekspedisi tentara
Kerajaan Karang Asem tahun 1672 M. Pusat Kerajaan Selaparang
rata dengan tanah, sementara keluarga kerajaan semuanya
terbunuh. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi
penguasa tunggal di Lombok.
4. Kehidupan Sosial
Budaya
Di masa Prabu Rangkesari, Lombok (Selaparang) mencapai masa
kejayaannya. Saat itu, kehidupan budaya berkembang pesat.
Para cerdik pandai dari Selaparang menguasai dengan baik
bahasa Kawi, bahasa yang berkembang di nusantara ketika itu.
Berkat kemajuan dalam dunia sastra tersebut, akhirnya, para
cendekiawan Selaparang berhasil menciptakan aksara baru,
yaitu aksara Sasak yang disebut Jejawen.
Dengan bekal pengetahuan bahasa Kawi, Sasak dan aksara Sasak,
para sastrawan Selaparang banyak mengarang, menggubah,
mengadaptasi, atau menyalin sastra Jawa kuno ke dalam
lontar-lontar Sasak. Di antara lontar-lontar tersebut adalah
Kotamgama, Lapel Adam, Menak Berji dan Rengganis. Selain itu,
para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran
sufi para walisongo. Salinan dan adaptasi tersebut tampak
dalam lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada
dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun
banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf,
Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Sidik Anak Yatim.
Kajian yang lebih mendalam terhadap lontar-lontar tersebut
akan mampu mengungkap kondisi sosial, budaya dan politik
masyarakat Lombok pada saat itu. Dalam bidang sosial politik
misalnya, Lontar Kotamgama menggariskan sifat dan sikap
seorang pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma, dan Warsa.
Danta berarti gading gajah, artinya, apabila dikeluarkan,
tidak mungkin dimasukkan lagi; Danti berarti ludah, artinya,
apabila sudah dilontarkan ke tanah, tidak mungkin dijilat
lagi; Kusuma berarti kembang, artinya, bunga yang sama tidak
mungkin mekar dua kali; Warsa artinya hujan, artinya,
apabila telah jatuh ke bumi, tidak mungkin naik kembali
menjadi awan. Itulah sebabnya, seorang raja atau pemimpin
hendaknya berhati-hati dalam setiap tindakan, agar tidak
melakukan banyak kesalahan.
Demikianlah, Kerajaan Selaparang muncul, berkembang kemudian
runtuh. Walaupun demikian, sisa-sisa peradaban tulis yang
ditinggalkannya menunjukkan bahwa, kehidupan budaya di
negeri ini cukup semarak dan berkembang.
5. Suku di Lombok (suku
Sasak)
Jika diperhatikan secara fisik, suku Sasak ini lebih mirip
orang Bali dibandingkan orang Sumbawa. Dari aspek ini bisa
jadi orang Sasak berasal dari Bali. Sekarang tinggal di cari
orang Bali berasal dari mana?
Berikut ini adalah foto-foto sejarah koleksi Tropen Museum
Royal Tropical Institut sekitar abad 18-19, yang memuat
kehidupan sosial masyarakat Lombok di zaman kolonial Belanda:
Bukti otentik
suku Sasak
Beberapa minggu yang lalu, ada seorang yang mengirimkan ke
saya sebuah bukti otentik asal usul suku Sasak yang disimpan
keluarganya di Lombok Tengah. Bukti tersebut berupa silsilah
keluarga yang berujung pada sebuah nama: Datu Pangeran
Djajing Sorga (dari Majapahit, Kabangan, Jawa Timur). Dari
bukti otentik tersebut, jelaslah terlihat bahwa suku Sasak
yang mendiami Pulau Lombok, sebenarnya berasal dari Jawa.
Bahasa
Bahasa Sasak, terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat
dekat dengan aksara Jawa dan Bali, sama sama menggunakan
aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst. Tapi secara pelafalan cukup
dekat dengan Bali.
Menurut Ethnologue yang mengumpulkan semua bahasa di dunia,
bahasa Sasak merupakan keluarga (Languages Family) dari
Austronesian Malayo-Polynesian (MP), Nuclear MP,
Sunda-Sulawesi dan Bali-Sasak. Sementara kalau kita
perhatikan secara langsung, bahasa Sasak yang berkembang di
Lombok ternyata sangat beragam, baik dialek (cara pengucapan)
maupun kosa katanya. Ini sangat unik dan bisa menunjukkan
banyaknya pengaruh dalam perkembangannya. Saat Pemerintah
Kabupaten Lombok Timur ingin membuat Kamus Sasak saja,
mereka kewalahan dengan beragamnya bahasa Sasak yang ada di
lombok Timur, walaupun secara umum bisa diklasifikasikan ke
dalam: Kuto-Kute (Lombok Bagian Utara), Ngeto-Ngete (Lombok
Bagian Tenggara), Meno-Mene (Lombok Bagian Tengah),
Ngeno-Ngene (Lombok Bagian Tengah), Mriak-Mriku (Lombok
Bagian Selatan). Dari aspek bahasa, Papuk Bloq, bisa jadi
berasal dari Jawa (Malayo-Polynesian), Vitname atau
Philipine ( Austronesian), atau dari Sulawesi (Sunda-Sulawesi).
Semoga Dewan Adat Sasak segera menerbitakan buku Sejarah
Sasak dan merampungkan Kamus Bahasa Sasak.
6. Kehidupan
Spiritual di Lombok
Pengaruh Hindu – Buddha
Ajaran Hindu-Bali dibawa langsung oleh pemeluknya, para
imigran dari Pulau Bali sejak permualaan abad ke 17 Masehi.
Hindu-Bali adalah sinkretisasi ajaran Hindu-Buddha, yang
juga disebut Siwa-Buddha. Menurut Sartono Kartodirjo (1975).
Sebelum imigran dari Bali datang, pulau yang molek dan subur
ini, dinamakan Gumi Selaparang dan di huni oleh orang Sasak.
Sampai abad ke 17, terdapat dua buah kerajaan Sasak yaitu
Kerajaan Pejanggik di Lombok Tengah sebagai kerajaan
pedalaman dan kerajaan Selaparang sebagai kerajaan pesisir
yang ibu kotanya di Kayangan, Labuhan Lombok di Lombok Timur.
Memasuki abad ke 17 (1600an), secara bergelombang imigran
dari Karang Asem- Bali datang ke Pulau Lombok untuk membuka
lahan pertanian dan mendirikan pemukiman. Penduduk baru ini
datang, selain karena kerajaanya diganggu oleh kerajaan
kerajaan tetangganya di Bali, juga karena wilayah
tofografinya kurang menguntungkan untuk pertanian, dengan
kawasan tanah perbukitan. Pemukiman-pemukiman itu dikenal
dengan nama Sengkongok (di kaki Gunung Pengsong), Pagutan,
Pagesangan, dan Mataram (di Kodya Mataram) dan Tanaq Embet (di
Senggigi).
Pengaruh Islam
Pada awal mula masuknya agama Islam ke Pulau Lombok,
penduduknya banyak yang menganut Animisme, tapi datangnya
salah seorang kiyai dari Jawa yaitu Sunan Prapen maka
beberapa tempat yang menjadi basisnya masih bisa ditemukan
sampai sekarang.
Dalam hal penyebaran agama islam, mula-mula peranan para
sufi sangat menentukan disamping para pedagang yang berasal
dari Gujarat, India. Para sufi itu datang dari Pulau Jawa
yang banyak membawa pengaruh dari Wali Songo. Kemudian
menyusul dari ajaran-ajaran tarekat syaikh Yusu Makassar,
dll. Dari sumber ajaran Syaikh Yusuf, ada yang diterima
langsung pada saat beliau berada di Banten atau dari para
pengikut pengikutnya di Nusantara. Sedangkan dari syaikh
yang lain diterima langsung di Makkah pada saat para tuan
guru dari Lombok, melaksanakan ibadah haji dan bermukim
disana beberapa tahun untuk memperdalam ilmunya.
Para Sufi yang menyebarkan Islam yang berasal dari pengaruh
Wali Songo meninggalkan kelompok masyarakat yang kemudian
disebut Watu/Wektu Telu (Waktu Tiga) untuk membedakannya
dengan yang lain, yang telah mengalami proses Islamisasi,
yaitu Islam Waktu Lima.
-o0o-
|
|